Mengenal Lebih Dekat Istilah Pro-Ageing

Mengenal Lebih Dekat Istilah Pro-Ageing

30 December, 2021

Belakangan ini, istilah anti-ageing sering terdengar. Bersiaplah, sebentar lagi istilah pro-ageing yang akan lebih tersohor. Apakah pro-ageing maksudnya adalah pro-penuaan? Alias berpihak pada tampilan umur orang tua?

Belakangan ini, sudah umum bagi para selebriti Hollywood untuk memamerkan rambut putih dan kerutan di mukanya. Sebut saja para pemeran Just Like That, serial TV lanjutan dari Sex and The City, yang baru saja tayang musim perdananya. Namun, benarkah itu yang dimaksud dengan pro-ageing?

Pro-ageing adalah istilah yang muncul sebagai “perlawanan” dari menjamurnya produk kecantikan yang melabel diri mereka sebagai anti-ageing, seakan-akan bertambah tua adalah hal yang negatif.

Bisa dibilang, pro-ageing adalah sebuah gerakan yang ditandai dengan semakin mutakhirnya teknologi yang memungkinkan orang untuk hidup lebih sehat dan lebih memuaskan pada umur berapa pun.

 

3 Fondasi Penting Pro-Ageing

 

Pada dasarnya, tidak ada jalan pintas dalam hidup ini. Berbagai usaha yang terlihat cepat dan mudah hanya membereskan apa yang terlihat di permukaan. Untuk lebih mudah dimengerti, Dr. Jonathan Seah, co-founder perusahaan medis Hong Kong bertajuk LifeClinic dan LifeHub, memberi contoh mobil bekas sebagai ilustrasi.

Misalnya, kita membeli mobil yang sudah berusia 10 tahun, lalu mobil tersebut dicat ulang. Padahal kenyataannya, mungkin mesin di dalamnya berkarat, atau bahkan rusak. Tentunya, hal tersebut menyebabkan mobil yang kelihatannya kinclong dengan warna baru, tidak berfungsi optimal.

Begitupula dengan tubuh kita. “Mendapatkan injeksi botox ataupun fillers boleh-boleh saja, tapi kenapa tidak sekalian memperlakukan tubuh kita dengan lebih baik. Sehingga kulit, jantung, dan otot kita menjadi lebih bertenaga bagaikan ketika kita muda dulu?” ujar Dr. Seah.

Berikut adalah tiga kata kunci yang patut diingat agar bisa mendapatkan manfaat pro-ageing, menurut sang dokter.

 

Detoks

Masih mengkonsumsi makanan yang diproses berlebihan dan menggunakan pupuk beracun serta rutin terpapar polusi dan logam berat? Detoks menjadi penting karena menjadi sarana untuk mengeluarkan hal-hal buruk tadi dalam tubuh. Tanpa detoks, percuma saja bila kita berolahraga atau makan-makanan yang benar, karena di tubuh kita sudah keburu menjadi “mesin rusak”.

 

Nutrisi

Belakangan ini di dunia pro-ageing, sedang hits wacana suplemen NAD+ yang dianggap bisa membantu menanggulangi permasalahan penyerapan nutrisi. NAD+ atau nikotinamida adenin dinukleotida adalah koenzim yang memberi tenaga di tiap sel tubuh. Tentu saja hal ini berpengaruh pada kinerja kulit, jantung, dan otot. Seiring bertambahnya usia, jumlah NAD+ yang dimiliki tubuh semakin menurun. Bahkan, pada usia 70 tahun, jumlahnya hanya tersisa sekitar 5 persen.

 

Tidur

Bila mobil saja bisa mogok bila dipacu terus-menerus, maka tubuh manusia pun begitu. Memperbaiki kualitas tidur sangatlah penting, dan untungnya bisa dilakukan sesederhana dengan bermeditasi atau mengkonsumsi suplemen melatonin.

 

Menarikkah berinvestasi di dunia yang orang-orangnya tak mau tua?

Wacana tentang pro-ageing sudah menarik kaum super-rich dunia. Misalnya saja Jeff Bezos dan Elon Musk. Bezos dan jutawan Israel, Yuri Milner, berinvestasi di Altos Labs, perusahaan Silicon Valley yang sedang mengembangkan biological reprogramming. Sementara itu, Musk sedang mengembangkan teknologi agar manusia bisa mengunggah pikirannya untuk disimpan di komputer atau robot.

Tingginya minat investasi di bidang ini dianggap wajar oleh Alex Zhavoronkov, CEO Insilico Medicine, sebuah perusahaan kecerdasan buatan di bidang farmasi dan penanda biologis. “Pada hakekatnya, alam tidaklah adil terhadap manusia,” ujar pengusaha yang juga sedang mengembangkan kecerdasan buatan tentang “hidup panjang umur” ini. Menurutnya, siapapun itu, dan mau sebanyak apapun uang yang dimiliki, begitu seseorang mencapai umur tertentu, maka kemampuan yang dimiliki pun semakin menurun.

“Orang pada dasarnya ingin hidup yang berkualitas tinggi dan mereka tidak melihat ada gunanya untuk bekerja keras bertahun-tahun untuk mengumpulkan harta, namun pada akhirnya berakhir dalam keadaan lemah dan tidak sehat,” ujar Zhavoronkov.

 

Adaptasi teks oleh Ayu Dewanti berdasarkan artikel yang dibuat oleh Coco Marett dan telah terbit di Majalah Tatler Indonesia versi cetak edisi Januari 2021.