Mengenal Lebih Dekat Marissa Hutabarat, Calon Hakim AS Berdarah Indonesia
Sosok Marissa Hutabarat kini tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pasalnya, wanita yang menyandang marga Batak Toba ini tengah maju mencalonkan diri menjadi hakim pengadilan Kota New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat (AS). Lalu, siapakah Marissa sebenarnya dan bagaimana perjalanan karirnya di dunia hukum? Berikut lima fakta menarik mengenai dirinya.
by Diella Yasmine
1/5 Berdarah Batak
Dikutip dari wawancaranya dengan media asing, Marissa mengatakan bahwa darah Indonesia-nya didapatkan dari sang ayah yang merupakan keturunan Batak. Sementara ibunya berasal dari Thailand dan keturunan Tionghoa. Meski dilahirkan di AS dan dibesarkan di keluarga multikultural, ia mengaku bahwa nilai-nilai budaya Indonesia yang menekankan akan pentingnya peran keluarga tertanam sejak ia masih kecil. Sang kakek pun juga diketahui sering mengajarkan kepadanya budaya gotong royong, Bahasa Indonesia serta budaya tradisional Batak.
2/5 Sosok pekerja keras
Dikenal sebagai sosok pekerja keras dan cerdas, Marissa berhasil mencatatkan diri sebagai satu-satunya kandidat yang pernah bekerja di firma hukum bergengsi hingga terpilih untuk tiga jabatan administrasi yang berbeda. Sementara itu, Marissa juga diketahui pernah bekerja sebagai juru tulis hukum yudisial selama beberapa tahun di Louisiana State Court of Appeal, Fourth Circuit sebelum ia pindah dan bergabung dengan Firma Hukum Glago Williams, LLC, New Orleans.
Pada tahun 2017, Firma Hukum Glago mendapatkan peringkat regional sebagai firma hukum teratas dalam praktik litigasi cedera pribadi oleh surat kabar A.S News. Di firma ini, Marissa menangani kasus-kasus litigasi sipil termasuk kasus-kasus cedera pribadi seperti kecelakaan mobil, malpraktik medis, dan perselisihan asuransi. Ia juga diketahui masih menjabat sebagai anggota Dewan Penyalahgunaan Alkohol dan Narkoba untuk Greater New Orleans (CADA).
3/5 Memiliki kepedulian tinggi terhadap sesama
Dilansir dari laman resminya, Marissa diketahui kerap menggunakan kualifikasi hukumnya untuk membantu orang yang terpinggirkan termasuk mantan narapidana atau atau pelanggar hukum hingga pelaku bisnis lokal. Tidak hanya rajin membantu warga yang kesulitan meraih kesejahteraan di AS, Marissa ternyata juga aktif menjadi relawan di sejumlah organisasi sosial di New Orleans seperti Orchid Society hingga Coats for Kids.
4/5 Terinspirasi dari pengalaman sang ayah untuk menjadi pengacara
Pada laman resminya, ia juga menjelaskan bahwa keputusannya untuk menjadi pengacara dipicu oleh pengalaman buruk yang menimpa ayahnya ketika berada di AS.
Saat itu sang ayah mendapatkan beasiswa dari Northwestern University Dental School. Namun, setelah lulus, agen penagihan justru meminta ayah Marissa untuk membayar kembali uang beasiswa lantaran dinilai tidak memenuhi syarat. Setelah diproses ke pengadilan, sang ayah pun berhasil memenangkan kasus gugatannya tersebut dan Marissa yang saat itu masih berusia 6 tahun pun langsung terinspirasi menjadi advokat dan membantu orang yang membutuhkan.
5/5 Memiliki latar belakang pendidikan Psikologi
Sebelum melanjutkan studi di Fakultas Hukum Loya University, Marissa diketahui memiliki gelar sarjana di jurusan Psikologi dari DePaul University pada tahun 2006 silam. Pada salah satu wawancaranya, latar belakang pendidikannya sangat membantunya dalam karir sebagai hakim untuk mengenali berbagai macam sifat orang-orang yang ia jumpai.